BLOG.TRIBUNJUALBELI.COM - Membeli tanah kavling sering dianggap sebagai pilihan cerdas bagi mereka yang ingin memiliki rumah sesuai keinginan pribadi.
Dengan kavling, bebas menentukan desain, ukuran, hingga material bangunan yang akan digunakan.
Selain itu, harga tanah kavling biasanya lebih terjangkau dibandingkan rumah siap huni.
Tidak heran, banyak orang tergoda untuk memilih kavling sebagai investasi atau tempat membangun rumah impian.
Namun, di balik kelebihan tersebut, tanah kavling juga menyimpan sejumlah kekurangan yang tidak boleh diabaikan.
Jika pembeli kurang teliti, bukan tidak mungkin keputusan membeli kavling justru berujung penyesalan karena biaya tambahan yang tak terduga atau masalah hukum yang muncul belakangan.
Agar lebih bijak, mari dibahas secara detail 5 kekurangan utama tanah kavling yang perlu dipahami sebelum memutuskan untuk membelinya:
Baca Juga : 6 Alasan Membeli Tanah Kavling Bisa Jadi Investasi Menguntungkan
1. Belum Ada Fasilitas dan Infrastruktur Penunjang
Salah satu kelemahan terbesar tanah kavling adalah minimnya fasilitas.
Banyak penjual kavling hanya menyediakan lahan kosong tanpa adanya listrik, saluran air bersih, jalan beraspal, atau drainase yang memadai.
Jika pun ada fasilitas, sering kali kondisinya masih sangat sederhana.
Misalnya, jalan lingkungan hanya berupa tanah atau cor seadanya, sehingga akan menyulitkan saat musim hujan.
Akibatnya, pembeli harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membangun atau memperbaiki fasilitas dasar tersebut.
Hal ini jelas berbeda dengan membeli rumah di kompleks perumahan, di mana fasilitas umum biasanya sudah tersedia, mulai dari akses jalan yang layak, jaringan listrik, hingga keamanan lingkungan.
2. Proses Pembangunan Lebih Rumit dan Menguras Tenaga
Memiliki tanah kavling berarti harus memulai segalanya dari nol.
Mulai dari merancang desain rumah, mengurus IMB atau PBG (Persetujuan Bangunan Gedung), mencari kontraktor atau tukang bangunan, hingga mengawasi jalannya pembangunan.
Bagi sebagian orang, proses ini mungkin menyenangkan karena bisa menyesuaikan rumah sesuai selera.
Namun, kenyataannya, banyak pembeli justru kewalahan karena tidak memiliki pengalaman mengurus pembangunan.
Salah memilih kontraktor bisa berakibat fatal, seperti pembengkakan biaya, kualitas bangunan yang buruk, atau pembangunan yang mangkrak.
Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk membangun rumah di atas kavling jauh lebih lama dibandingkan membeli rumah siap huni.
Jika kebutuhan rumah mendesak, tanah kavling bisa jadi bukan pilihan terbaik.
3. Potensi Masalah Legalitas yang Tinggi
Baca Juga : Pastikan Aman! 3 Cara Mengecek Tanah Bermasalah atau Tidak dengan Cepat
Legalitas merupakan faktor krusial yang sering diabaikan pembeli.
Tidak sedikit tanah kavling yang masih berstatus girik, petok, atau warisan yang belum dibagi secara resmi.
Bahkan, ada pula kavling yang berada di tanah sengketa atau kawasan yang tidak boleh dibangun karena rencana tata kota.
Risikonya sangat besar jika dokumen kepemilikan tidak diperiksa secara teliti.
Sertifikat yang tidak jelas dapat menimbulkan masalah hukum di kemudian hari, bahkan berpotensi kehilangan hak atas tanah yang sudah dibeli.
Karena itu, sebelum membeli tanah kavling, pastikan status hukumnya jelas, minimal sudah berupa SHM (Sertifikat Hak Milik) atau SHGB (Sertifikat Hak Guna Bangunan) yang sah.
Jangan ragu melakukan pengecekan ke kantor pertanahan atau menggunakan jasa notaris/PPAT agar lebih aman.
4. Lokasi Sering Kurang Strategis
Kekurangan lain yang cukup mencolok adalah lokasi tanah kavling.
Umumnya, kavling dijual di kawasan yang masih berkembang dan jauh dari pusat kota.
Hal ini membuat akses ke fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, pasar, atau transportasi umum menjadi terbatas.
Bagi yang membutuhkan mobilitas tinggi, kondisi ini bisa cukup menyulitkan.
Apalagi jika jalan menuju lokasi masih sempit atau belum beraspal.
Memang benar, kawasan berkembang punya potensi kenaikan nilai tanah di masa depan.
Namun, jika perkembangan kawasan tersebut lambat, butuh waktu bertahun-tahun untuk merasakan manfaatnya.
5. Nilai Investasi Tidak Selalu Cepat Naik
Banyak orang membeli tanah kavling dengan harapan bisa dijual kembali dengan harga lebih tinggi.
Namun, perlu dipahami bahwa tidak semua kavling punya potensi investasi yang baik.
Nilai tanah sangat dipengaruhi oleh lokasi dan perkembangan infrastruktur di sekitarnya.
Jika kavling berada di daerah terpencil atau tidak ada pembangunan infrastruktur baru, kenaikan harganya bisa sangat lambat.
Bahkan, dalam beberapa kasus, harga kavling bisa stagnan bertahun-tahun.
Berbeda dengan rumah di perumahan, yang biasanya lebih cepat mengalami kenaikan nilai karena sudah dilengkapi fasilitas lengkap dan berada dalam kawasan terencana.
(Eno/TribunJualBeli.com)