BLOG.TRIBUNJUALBELI.COM - Memiliki rumah sendiri menjadi salah satu pencapaian penting dalam hidup banyak orang.
Namun, sebelum memutuskan untuk membeli, penting untuk mengetahui jenis-jenis rumah yang tersedia.
Di Indonesia, dua pilihan utama yang umum ditemukan di pasaran adalah rumah subsidi dan rumah komersil.
Keduanya memiliki karakteristik, kelebihan, serta kekurangan masing-masing.
Memahami perbedaan keduanya sangat penting agar tidak salah langkah dalam menentukan pilihan, sehingga rumah yang dibeli benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi finansial.
Berikut tujuh perbedaan mendasar antara rumah subsidi dan rumah komersil yang wajib diketahui sebelum membeli:
Baca Juga : 3 Hal yang Membedakan Perumahan dan Permukiman, Jangan Sampai Keliru!
1. Harga Jual
Perbedaan paling mencolok terletak pada harga.
Rumah subsidi memiliki harga yang lebih rendah karena adanya bantuan pemerintah dalam bentuk subsidi.
Harga rumah subsidi ditetapkan berdasarkan kebijakan pemerintah dan berbeda di setiap wilayah.
Umumnya berada di kisaran Rp150 juta hingga Rp200 juta, sehingga lebih terjangkau untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
Sementara itu, rumah komersil dijual sesuai harga pasar tanpa subsidi.
Harga bisa sangat bervariasi, tergantung pada lokasi, luas tanah, desain, hingga fasilitas yang ditawarkan.
Bahkan, di kawasan strategis, harga rumah komersil bisa mencapai miliaran rupiah.
2. Skema Pembiayaan dan Bunga KPR
Rumah subsidi menggunakan skema KPR bersubsidi dengan bunga tetap rendah, sekitar 5% per tahun, dan tenor panjang hingga 20 tahun.
Selain itu, rumah subsidi juga bebas PPN, sehingga membantu meringankan biaya total.
Sebaliknya, rumah komersil menggunakan KPR non-subsidi dengan bunga mengikuti kebijakan bank dan pasar.
Bunga bisa berubah sewaktu-waktu dan umumnya lebih tinggi dibandingkan KPR subsidi.
Biaya administrasi dan PPN juga menjadi tanggung jawab pembeli.
3. Luas Tanah dan Bangunan
Rumah subsidi memiliki standar luas yang sudah ditetapkan pemerintah, yaitu luas tanah sekitar 60 m² dan luas bangunan antara 30–36 m².
Rumah komersil menawarkan lebih banyak variasi.
Mulai dari tipe kecil untuk pasangan muda, hingga rumah besar dengan halaman luas.
Ukuran tanah dan bangunan bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan finansial pembeli, sehingga lebih fleksibel.
4. Lokasi Perumahan
Baca Juga : Kenapa Rumah Subsidi Tak Pernah di Tengah Kota? Ini Jawaban Para Pengembang
Rumah subsidi umumnya dibangun di kawasan pinggiran kota atau area yang lebih jauh dari pusat keramaian.
Hal ini dilakukan agar harga tanah tetap terjangkau dan biaya pembangunan bisa ditekan.
Rumah komersil banyak dibangun di lokasi strategis, seperti dekat pusat bisnis, kawasan perkantoran, pusat perbelanjaan, sekolah, rumah sakit, hingga akses transportasi umum.
Lokasi yang strategis menjadi salah satu faktor utama mengapa rumah komersil banyak diminati, meski harganya jauh lebih tinggi.
5. Fasilitas Lingkungan
Fasilitas menjadi faktor pembeda penting.
Rumah komersil umumnya dilengkapi fasilitas lengkap, seperti sistem keamanan 24 jam, taman bermain, area olahraga, jalur jogging, hingga club house.
Infrastruktur perumahan juga lebih tertata dengan baik, dilengkapi akses jalan yang luas dan lingkungan yang dirancang modern.
Sebaliknya, rumah subsidi memiliki fasilitas yang lebih terbatas.
Biasanya hanya tersedia fasilitas dasar seperti jalan lingkungan dan drainase.
Hal ini karena rumah subsidi lebih difokuskan untuk memberikan hunian layak dengan harga yang terjangkau.
6. Syarat Kepemilikan
Rumah subsidi memiliki aturan ketat terkait kepemilikan.
Hanya boleh dibeli oleh masyarakat berpenghasilan rendah, dengan batas maksimal penghasilan tertentu, misalnya Rp4–Rp8 juta tergantung wilayah.
Selain itu, pembeli rumah subsidi wajib menggunakan rumah sebagai hunian pribadi, tidak boleh disewakan atau dijual kembali dalam jangka waktu lima tahun.
Rumah komersil tidak memiliki batasan kepemilikan.
Siapa saja bisa membeli, baik untuk ditempati sendiri, disewakan, maupun dijadikan investasi.
7. Potensi Nilai Investasi
Rumah komersil memiliki potensi kenaikan nilai yang lebih tinggi, terutama jika berada di lokasi strategis.
Harga rumah komersil cenderung meningkat cepat seiring perkembangan infrastruktur dan fasilitas di sekitarnya.
Hal ini membuat rumah komersil sering dijadikan instrumen investasi properti yang menguntungkan.
Sementara itu, rumah subsidi memiliki kenaikan harga yang lebih terbatas, karena di awal tidak diperbolehkan dijual dalam waktu lima tahun.
Selain itu, lokasinya yang jauh dari pusat kota membuat kenaikan harga tidak secepat rumah komersil.
Pemilihan jenis rumah harus disesuaikan dengan kebutuhan, gaya hidup, dan kemampuan finansial.
Jangan terburu-buru, pertimbangkan dengan matang setiap aspek agar keputusan membeli rumah benar-benar menjadi langkah tepat dan menguntungkan dalam jangka panjang.
(Eno/TribunJualBeli.com)