0

Hotel-Hotel di Jakarta Mulai Tumbang, Okupansi Terjun Bebas di Tengah Bayang-Bayang Pemulihan Ekonomi

Penulis: Ridwan MufidKhoirulloh
Hotel-Hotel di Jakarta Mulai Tumbang, Okupansi Terjun Bebas di Tengah Bayang-Bayang Pemulihan Ekonomi

BLOG.TRIBUNJUALBELI.COM - Optimisme terhadap pemulihan ekonomi nasional belum sepenuhnya dirasakan oleh sektor perhotelan, terutama di wilayah Jakarta.

Dalam beberapa bulan terakhir, banyak hotel di ibu kota mulai mengurangi operasional hingga menutup layanan sebagian lantai karena rendahnya tingkat hunian (okupansi) kamar.

Berdasarkan pantauan terbaru dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta, rata-rata okupansi hotel saat ini berada di bawah 45%.

Baca juga : 6 Cara Cek Keaslian Sertifikat Apartemen Sebelum dan Sesudah Pengurusan

Angka ini jauh dari titik aman industri yang umumnya membutuhkan tingkat okupansi minimal 60% untuk menutup biaya operasional.

Beberapa hotel berbintang bahkan mulai merumahkan karyawan secara bertahap.

Berdasarkan hasil survei terbaru yang dilakukan Badan Pimpinan Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Daerah Khusus Jakarta (BPD PHRI DK Jakarta) pada April 2025 terhadap anggotanya, ditemukan bahwa 96,7% hotel melaporkan terjadinya penurunan tingkat hunian pada triwulan-I 2025.

Mayoritas hotel di Jakarta melaporkan bahwa mereka mengalami penurunan tingkat hunian. (Foto : Kompas.com)

Ketua PHRI DKI Jakarta, Sutrisno Iwantono, membeberkan bahwa kondisi industri ini kian memburuk disebabkan karena penurunan tingkat hunian dan pendapatan.

Menurutnya, pemicu utamanya penurunan ini ialah sebab segmen pasar pemerintahan yang kian susut akibat kebijakan efisiensi yang diterapkan oleh pemerintah.

"Ini karena adanya pengetatan anggaran, sebagaimana kita tahu hotel-hotel itu memang salah satu sumber penting mulai dari hunian kamar, (ruang) meeting, juga restoran itu berasal dari pemerintah," ujar Sutrisno Iwantono, saat dihubungi, Senin (26/5).

Penurunan ini dinilai terjadi akibat kombinasi beberapa faktor, seperti melemahnya daya beli masyarakat, persaingan dari akomodasi informal berbasis daring (seperti Airbnb), hingga minimnya event berskala nasional yang digelar di Jakarta.

Selain itu, pelaku industri menyebut perubahan pola kerja hybrid dan WFH yang masih bertahan di beberapa sektor juga menurunkan jumlah tamu korporasi, segmen yang sebelumnya menjadi tulang punggung industri hotel di ibu kota.

"Jika ingin dilakukan penghematan tolong selektif ya, dalam artian sekiranya hal-hal yang tidak perlu dikurangi seperti yang menyangkut kehidupan orang banyak, karena ini dapat berdampak luas dan tentu dampaknya ke masyarakat," tambah Iwantono.

Kondisi ini kontras dengan geliat sektor lainnya seperti transportasi, ritel, dan kuliner yang mulai menunjukkan tanda-tanda bangkit.

Banyak pelaku usaha hotel mendesak pemerintah daerah untuk ikut turun tangan, seperti memberikan insentif pajak, menggelar agenda-agenda publik berskala besar, hingga membantu promosi sektor perhotelan secara lebih agresif.

Pelaku industri hotel mendesak pemerintah untuk membantu promosi sektor perhotelan secara masif. (Foto : Kompas.com)

Pemprov DKI Jakarta sendiri menyatakan telah menyiapkan langkah pemetaan ulang dalam program pemulihan ekonomi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Baca juga : Jangan Asal Sewa! Ini 7 Tips Menyewa Apartemen untuk Pertama Kali

Namun, para pelaku industri menilai langkah tersebut perlu dipercepat mengingat semakin banyak hotel yang berpotensi tutup permanen jika kondisi tak segera membaik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (*)

(Ridwan Mufid/TRIBUNJUALBELI.COM)