TRIBUNJUALBELI.COM - Siapa yang tak kenal dengan krupuk?
Makanan renyah ini sangat populer di kalangan masyarakat.
Hampir setiap warung makan menjual kerupuk sebagai pendamping makanan lainnya.
Kerupuk memang sangat cocok dimakan dengan hampir semua makanan.
Soto, nasi goreng hingga gado-gado akan terasa hambar tanpa kehadiran kerupuk.
Di Indonesia ada banyak jenis kerupuk yang dijual di pasaran.
Mulai dari kerupuk biasa, kerupuk udang hingga kerupuk ikan sangat mudah kita temui.
Harga kerupuk pun sangat terjangkau.
Mulai dari Rp 500 kita sudah bisa mendapatkan satu buah kerupuk.
Bahkan ada beberapa warung yang menjual kerupuk cuma Rp 250.
Namun dibalik 'kriuk-kriuk'-nya kerupuk, ada sejarah miris yang terjadi.
Dilansir dari BOBO.id (30/9/2017), konon kerupuk dibuat oleh sebuah keluarga yang sangat miskin.
Keluarga tersebut memiliki banyak anak.
Untuk makan sehari-hari mereka sangat kesusahan karena tidak mempunyai cukup uang.
Akhirnya mereka memanfaatkan sawut atau ketela pohon yang sudah diparut untuk dijadikan lauk bersama nasi.
Cara mereka membuat sawut adalah dengan mengambil ketela pohon lalu diparut dan diberi air.
Hasil parutan yang sudah dicampur dengan air, kemudian diperas dan diambil sarinya.
Setelah itu dapat diendapkan dalam beberapa saat untuk kemudian dijemur hingga kering, inilah yang disebut dengan tepung tapioka.
Tepung itu lah yang diolah diolah menjadi kerupuk yang disebut dengan samiler dan dimakan bersama nasi.
Sejak saat itu kerupuk jadi makanan yang digemari orang-orang di sekitarnya.
Bahkan hingga kini kerupuk jadi makanan pendamping yang wajib ada warung-warung.
Selain itu kerupuk kini tak cuma terbuat dari tepung tapioka.
Walaupun dibuat dengan bahan yang berbeda, semua kerupuk diproses dengan cara yang sama.
Proses tersebut adalah pembuatan, pengeringan dan pemasakan.
(Hanggara N.Hendrayana/TribunJualBeli.com)