BLOG.TRIBUNJUALBELI.COM - Dalam beberapa tahun terakhir, isu kesehatan mental mulai banyak dibicarakan di ruang publik.
Banyak kampanye, komunitas, hingga influencer yang mendorong pentingnya menjaga kondisi psikologis agar kualitas hidup tetap terjaga.
Sayangnya, meskipun kesadaran mulai tumbuh, fakta di lapangan menunjukkan bahwa jasa psikolog masih belum menjadi pilihan utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Banyak orang yang masih enggan untuk mencari bantuan profesional ketika menghadapi tekanan hidup, kecemasan, burnout, bahkan depresi.
Padahal, psikolog adalah tenaga ahli yang memiliki kompetensi khusus untuk membantu individu memahami, mengelola, dan menyembuhkan masalah-masalah psikologis.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Berikut empat alasan utama yang masih menjadi penghambat pemanfaatan jasa psikolog di Indonesia:
Baca Juga : Mengapa Jasa Pengobatan Tradisional Masih Diminati di Era Modern? Ini 6 Penjelasannya!
1. Stigma Sosial yang Masih Mengakar Kuat
Salah satu faktor utama yang membuat masyarakat enggan menggunakan jasa psikolog adalah stigma negatif yang masih melekat terhadap kesehatan mental.
Banyak orang masih berpikir bahwa hanya orang dengan gangguan jiwa berat yang perlu menemui psikolog atau psikiater.
Bahkan tak jarang seseorang yang mengaku pernah berkonsultasi dengan psikolog mendapat label gila, lemah, atau tidak waras dari lingkungan sekitarnya.
Pandangan ini sangat merugikan karena membuat banyak orang memilih menyembunyikan masalahnya, memendam emosi, atau malah mencari pelampiasan yang merusak diri sendiri.
Padahal, pergi ke psikolog sama seperti pergi ke dokter ketika tubuh kita sakit, suatu langkah preventif dan kuratif yang wajar dan justru sehat secara mental.
2. Persepsi Biaya yang Mahal dan Tidak Terjangkau
Alasan berikutnya adalah biaya konsultasi psikolog yang dianggap mahal.
Memang, di beberapa tempat, tarif konsultasi bisa mencapai ratusan ribu hingga lebih dari satu juta rupiah per sesi.
Hal ini membuat banyak orang berpikir bahwa layanan psikolog hanya bisa diakses oleh kalangan menengah ke atas.
Padahal, sudah ada banyak alternatif layanan jasa psikolog yang lebih terjangkau, seperti layanan konseling daring, fasilitas kampus, komunitas, atau layanan berbasis CSR dari institusi tertentu.
Sayangnya, informasi ini belum tersebar luas.
Selain itu, sebagian besar asuransi kesehatan juga belum mencakup layanan psikolog, membuat masyarakat makin enggan merogoh kocek untuk sesuatu yang belum dianggap sebagai kebutuhan primer.
Baca Juga : 7 Keuntungan Menggunakan Jasa Pelatih Pribadi untuk Kebugaran
3. Kurangnya Edukasi tentang Kesehatan Mental
Banyak orang masih belum memahami apa sebenarnya peran psikolog, kapan harus mengaksesnya, dan masalah seperti apa yang bisa dikonsultasikan.
Sebagian besar masyarakat berpikir bahwa masalah pribadi cukup diselesaikan dengan curhat ke teman atau keluarga, tanpa menyadari bahwa tidak semua masalah bisa selesai hanya dengan berbagi cerita.
Kurangnya edukasi ini menyebabkan banyak orang tidak menyadari bahwa mereka mengalami masalah psikologis yang seharusnya mendapat penanganan profesional.
Beberapa bahkan menganggap stres, cemas, atau burnout sebagai sesuatu yang normal dan harus ditanggung sendiri, padahal jika dibiarkan, bisa berkembang menjadi gangguan psikologis yang lebih serius.
4. Terbatasnya Akses Layanan Jasa Psikolog di Daerah
Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas.
Distribusi tenaga psikolog masih belum merata, dengan konsentrasi terbesar berada di kota-kota besar.
Di banyak daerah terpencil atau pedesaan, masyarakat kesulitan menemukan psikolog atau bahkan tidak tahu di mana harus mencari bantuan jika membutuhkan.
Minimnya fasilitas layanan kesehatan jiwa, kurangnya tenaga profesional, dan belum maksimalnya peran pemerintah daerah dalam menghadirkan layanan psikologi turut memperbesar kesenjangan ini.
Akibatnya, masyarakat di daerah cenderung mengandalkan cara-cara tradisional atau dibiarkan begitu saja tanpa penanganan yang tepat.
Membangun kesadaran akan pentingnya jasa psikolog bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga pemerintah, media, institusi pendidikan, hingga komunitas.
Saat semakin banyak orang yang merasa aman dan nyaman berkonsultasi ke psikolog, maka harapan akan masyarakat yang lebih sehat secara mental bukanlah hal yang mustahil.
(Eno/TribunJualBeli.com)