0

Dampak Mesin Mobil Bila Sering Diisi Pertalite Ketimbang Pertamax

Penulis: Andra Kusuma
Dampak Mesin Mobil Bila Sering Diisi Pertalite Ketimbang Pertamax

TRIBUNJUALBELI.COM - PT Pertamina (Persero) akhirnya resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax menjadi Rp 12.500 per liter dari sebelumnya Rp 9.000 per liter.

Kenaikan tersebut berlaku untuk daerah dengan besaran pajak bahan bakan kendaraan bermotor/PBBKB 5 persen.

Kenaikan harga Pertamax yang merupakan jenis BBM Non Subsidi Pertamina dengan spesifikasi RON 92 tersebut berlaku mulai 1 April 2022 sejak pukul 00.00 waktu setempat.

Cek harga  Mobil Honda Brio Satya 2015 Bekas Manual Warna Merah Kondisi Terawat - Yogyakarta

Dalam keterangan resminya, PT Pertamina Patra Niaga menjelaskan kenaikan banderol Pertamax dikarenakan krisis geopolitik yang membuat harga minyak dunia melambung di atas 100 Dollar Amerika Serikat per barel.

Nah, bagi pemilik mobil yang menggunakan pertamax mungkin ini akan jadi kegundahan bagi dirinya karena harganya semakin mahal.

Tapi jika ingin menurunkan RON akan berakibat fatal terhadap mesin mobil.

Cek harga  Daihatsu Taruna Oxxy Csx 1.5 Thn 2005 Warna Hitam Istimewa - Bandung Barat

Setelah naiknya Pertamax 92 ini harga bahan bakar terbaik di Indonesia cukup mahal.

Alhasil, Pertalite juga menjadi BBM bensin paling murah setelah Premium mulai dikurangi jumlahnya.

Pertamax sendiri memiliki nilai oktan yang lebih tinggi daripada Pertalite yakni 92, sedangkan Pertalite 90.

Lalu di balik harga per liternya yang lebih murah, bagaimana jika mobil diisi dengan Pertalite?



Dikutip dari Kompas.com, Kepala Bengkel Auto2000 Cilandak Suparna mengatakan, menggunakan bahan bakar harus disesuaikan dengan spesifikasi mesinnya.

Pabrikan sebenarnya sudah merekomendasikan minimal oktan bahan bakar yang bisa digunakan.

“Misalnya direkomendasikan oleh pabrik untuk memakai oktan 92, tapi malah diisi oktan 90. Nantinya akan menimbulkan beberapa efek pada mesin,” ucap Suparna kepada Kompas.com, Selasa

Sebelum mengetahui efeknya, rekomendasi pabrikan untuk memakai BBM dengan kadar oktan tertentu menyesuaikan dengan tekanan kompresi di mesin.

Begitu juga dengan suhu di ruang mesin karena kompresi berbanding lurus dengan suhu.

“Kalau suhu sudah naik dan oktan bahan bakar terlalu rendah, maka yang terjadi adalah detonasi atau pembakaran lebih awal. Hal ini dikarenakan oktan yang rendah lebih mudah terbakar di suhu yang lebih rendah,” kata Suparna.

Saat terjadi pembakaran lebih awal, piston belum sampai di titik mati atas (TMA) sudah terdorong oleh ledakan.

Sehingga yang terjadi, piston memukul dinding silinder atau biasa dikenal dengan ngelitik.

“Kedua, mesin zaman sekarang sudah dilengkapi dengan sensor knocking. Agar tidak knocking, ketika mesin diisi BBM dengan oktan lebih rendah, maka sensor akan memundurkan waktu pengapian,” ucapnya.

Ketika pengapian dimundurkan, efeknya pembakaran mesin jadi tidak sempurna, tarikan mobil jadi berat, BBM boros dan akan terjadi tumpukan kerak karbon.

Ketiga, jika dibiarkan mengelitik, maka akan merusak komponen mesin lebih cepat.

“Misalnya kompresi mesin lebih bagus saat dipakai sampai 100.000 km. Namun jika memakai BBM oktan lebih rendah, belum sampai 100.000 km sudah ngempos kompresinya karena ada goresan di dinding silinder akibat sering ngelitik tadi,” kata dia. (*)