TRIBUNJUALBELI.COM - Tenun merupakan kain tradisional warisan budaya masyarakat Indonesia.
Kain tenun semakin berkembang dari motif dan coraknya, hal ini yang jadi daya tarik masyarakat.
Selain itu juga kain tenun memilikiki nilai estetika, budaya, dan kualitas.
Karena nilainya, kain tenun menawarkan peluang bisnis yang sangat menjanjikan.
Sulawesi Barat memiliki beragam entitas budaya yang menyusun peradabannya sejak dahulu.
BACA JUGA : Kerajinan Flat Shoes Kombinasi Kulit Sapi Dan Kain Tenun NTT Handmade Limited Stock - Jakarta
BACA JUGA : Outer Tenun Wanita Bahan Halus Tersedia Semua Ukuran - Jakarta Timur
Budaya menenun menjadi warisan leluhur yang hingga kini masih dipertahankan sebagian masyarakat Sulawesi Barat sebagai identitas untuk mengisi aktivitas dari hari ke hari.
Tribun Timur mencoba merangkum tiga jenis tenunan khas yang berada di wilayah Sulawesi Barat, yaitu Tenun Ikat Sekomandi.
Di Wilayah Kabupaten Mamuju, Tenun Sambu' di Wilayah Kabupaten Mamasa dan Tenun Sutera Mandar atau Lipa' Saq'be di Wilayah Kabupaten Polewali Mandar.
Ketiga karya tenun itu masih terus diproduksi oleh masyarakat secara tradisional, yang pengetahuannya di wariskan secara turun temurun, dari generasi ke generasi.
Kekhasannya memiliki daya tarik tersendiri meski digempur produk tekstil asing.
Menjadikannya favorit souvenir wisatawan baik lokal maupun mancanegara jika melancong ke Sulawesi Barat.
1. Tenun Ikat Sekomandi Mamuju
Kain khas Kalumpang-Mamuju yang Merupakan satu dari kain tenun ikat yang memiliki corak dan pola yang unik dan khas, pola atau corak ini digadang-gadang merupakan salah satu corak pola tertua di dunia.
Pola desainnya sendiri oleh para antropolog disebut Sah Hyun Kalanay, yang mulai tersebar ke seluruh Asia dan Oceania sejak abad pertama masehi.
Tenun ikat Sekomandi diperkirakan mulai diproduksi oleh masyarakat adat di wilayah Kialumpang yang kini tersebar di kecamatan Bonehau dan Kecamatan Kalumpang, Kabupaten Mamuju.
BACA JUGA : Kain Tenun Blanket Ukuran 2,4m x 1,2m Tebal dan Halus Harga Grosir - Makassar
BACA JUGA : Kerajinan Tas Tenun Kulit Sapi Tali Panjang Grosir Lebih Murah - Jogja
Sekomandi oleh masyarakatnya dahulu dipakai untuk acara adat seperti ritual, pesta pernikahan, alat tukar/barter, seserahan mempelai pengantin dan lain sebagainya.
Sekomandi sendiri, berasal dari dua kata. Dalam bahasa Kalumpang, “Seko” berarti persaudaraan atau kekeluargaan. Sedangkan “Mandi” memiliki arti kuat dan erat.
Proses pembuatan kain sekomandi dimulai dengan pemintalan benang yang berasal dari biji pohon kapas kadang juga kapuk.
Benang-benang yang sudah terpintal tersebut kemudian diberi warna sesuai pesanan. Dahulu pemberian warna pada benang sekomandi menggunakan pewarna alami yang berasal dari alam.
Warna yang umum yang terdapat di kain sekomandi ialah warna hitam, merah, putih dan kuning.
Seiring perkembangan zaman kini mulai digunakan pewarna tekstil untuk mendapatkan warna yang lebih terang dan bervariasi.
Selain menjadi dijual langsung sebagai suvenir, Kain Sekomandi juga kerap dipesan dengan warna dan motif khusus.
Usai Pemintalan dan pewarnaan benang, para penenun kemudian mulai membuat kain yang memiliki corak dan motif garis beraturan, model perisai, jajaran genjang, hingga bentuk yang menyerupai orang-orangan dan kepiting.
Proses pembuatannya sendiri bisa sampai berbulan-bulan tergantung dari ukuran (panjang & lebar) dan motifnya.
Kain dengan ukuran yang besar dengan motif yang rumit serta warna yang beragam bisa memakan waktu hingga setahun lebih.
Harganya pun variatif, mulai dari kisaran ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
2. Tenun Sambu' Mamasa
Secara harfiah, kata sambu' memiliki arti "kain" dalam bahasa masyarakat kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.
Sambu' sejak lama telah ditenun oleh mayoritas wanita Mamasa. Kerap digunakan di berbagai kegiatan sosial masyarakat kabupaten Mamasa.
Berbeda dengan Tenun Sekomandi Kalumpang-Mamuju, motif pada Tenun Sambu' hanya berupa garis vertikal memanjang dengan ketebalan warna yang beragam.
Warna yang sering digunakan ialah warna hitam, merah, putih dan kuning maupun hijau.
Dahulu kain tenun sambu' menggunakan benang yang dipintal dari kapas yang memakan waktu berbulan-bulan.
Namun seiring seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan pesanan dari lokal dan luar daerah serta wisatawan yang datang berkunjung ke Mamasa maka pembuatan Tenun Sambu' Mamasa mulai menggunakan benang konveksi.
Dorsila (63), salah satu penenun sambu' yang telah aktif menenun selama 40 tahun lebih, mengungkapkan corak warna kain sambu' mewakili kegunaannya dalam acara sosial masyarakat.
Umumnya warna cerah digunakan pada prosesi perkawinan maupun pesta panen sedang warna gelap digunakan ketika berkabung.
"Warna cerah seperti merah dan kuning ini dipakai untuk ma'randang (lamaran, red), kalau hitam biasanya dipakai ketika ada orang yang meninggal. Sambu' ini selain kami taruh di galeri untuk dapat dibeli oleh wisatawan, juga banyak yang pesan dari luar kabupaten Mamasa jadi warna dan motifnya kadang mengikuti sesuai pesanan," ungkap Dorsila.
Kini pengrajin kain sambu' mulai sedikit, generasi muda sebagai penerus warisan budaya leluhur tersebut mulai jarang ikut terlibat dalam proses menenun tersebut.
Ketidak populeran kain sambu' dikalangan muda turut menjadi perhatian tetua masyarakat Mamasa.
Untuk membuat satu buah sambu' memakan waktu satu hingga empat pekan tergantung dari ukuran sambu' yang dibuat.
Untuk suvenir berupa selendang biasa memakan waktu 5 hari penenunan. Harganya pun variatif mulai dari Rp 200 ribu.
Iklan untuk Anda: Ilmuwan Jepang Temukan Cara Tumbuhkan Rambut dalam Hitungan Hari
Advertisement by
3. Tenun Sutera Mandar/Lipa' Sa'be
Sarung Sutra Mandar terlihat istimewa dan indah. Memiliki warna yang terang atau cerah seperti warna kuning dan merah dengan desain garis geometri yang lebar.
Polanya memang terlihat sederhana, namun Sarung Sutra Mandar menggunakan benang emas dan benang perak sebagai bahan dasar pembuatannya.
Tidak heran jika Sarung Sutra Mandar merupakan salah satu produk kain sutra paling halus di Nusantara.
Selain itu, Sarung Sutra Mandar hanya dipakai pada saat acara-acara tertentu seperti acara pernikahan, upacara adat, upacara keagamaan, atau kadang digunakan untuk shalat Jumat di Masjid.
Lipa Saqbe Mandar memiliki dua ciri khas dalam corak atau motifnya yakni sure’ dan bunga.
Sure’ berbentuk garis geometris sederhana yang merupakan motif klasik Lipa Saqbe Mandar.
Sedangkan motif bunga merupakan perpanjangan dari motif sure’ dengan penambahan berbagai dekorasi, baik itu unsur flora maupun fauna.
Dari kedua motif atau corak tersebut menurunkan penamaan lain berdasarkan filosofinya dari aspek sosial, religi, dan budaya.
Proses pembuatannya sendiri memakan waktu 1 pekan hingga bulanan tergantung dari motif dan besar ukuran sutra mandar itu.
Umumnya dijual di galeri-galeri suvenir yang ada di kabupaten Polewali mandar dan majene dengan harga mulai Rp 200 ribuan hingga jutaan rupiah.
Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul "Mengenal Tiga Tenun Khas Sulawesi Barat dan Proses Pembuatannya, Corak dan Polanya Unik"