TRIBUNJUALBELI.COM - Berbagai kebutuhan bahan bangunan biasanya akan diketahui setelah pemilik menentukan desain rumah.
Salah satunya adalah penentuan kebutuhan dan bahan plafon. Sebelum itu, perlu untuk memilih bentuk atap apa yang akan dipilih.
Yap, atap merupakan sebuah mahkota dari bangunan atau rumah yang berperan penting dalam menentukan keindahan dan kenyamanan.
Dalam menentukan pemasangan atap pun harus benar, jika tidak atap yang sudah telanjur dipasang berisiko terjadi kebocoran.
BACA JUGA: Bahan Plafon Atap Rumah Tahan Lama, Cek Harga Galvalume di Jabodetabek
BACA JUGA: Sering Dipilih Jadi Bahan Plafon Atap Rumah, Ketahui Untung Rugi Gunakan Seng Aluminium
Kebocoran tersebut sudah pasti akan merembes pada plafon, alhasil akan tampak pada desain interior dan memperburuk tampilan.
Supriadi IK dalam buku Ilmu Bangunan Gedung terbitan CV Armico Bandung mengatakan, atap memiliki fungsi beragam.
Selain sebagai penahan air hujan, juga melindungi rumah dari teriknya sinar matahari pada siang hari.
Maka dari itu, lanjut Supriadi, dalam memilih atap hendaknya memperhatikan iklim setempat, tampak atap/bentuk atap yang dihendaki.
Kemudian perhatikan juga biaya yang tersedia dan bahan-bahan yang mudah ditemukan di sekitar lingkungan rumah.
Setelah menentukan pilihan bentuk atap, pastikan untuk konsultasi kepada profesional untuk kebutuhan bahan plafonnya.
Berikut beberapa bentuk atap rumah yang bisa dipilih:
1. Atap Datar
Bentuk atap datar merupakan yang paling sederhana dari bentuk-bentuk atap yang lainnya.
Dikatakan atap datar karena pada permukaan atap selalu dibuat sedikit miring untuk menyalurkan air hujan ke lubang talang.
Dalam menentukan banyaknya arah kemiringan air didasarkan luas bidang atap dan letak di mana talang itu berada.
BACA JUGA: Plafon Conwood Bisa Ciptakan Kesan Kekinian dan Modern, Cek Harga Materialnya
BACA JUGA: Cara Mudah Hilangkan Jamur di Dinding atau Plafon Rumah
Bahan yang sesuai untuk bentuk atap datar menggunakan campuran beton bertulang.
Supaya di bawah atap ini tidak terlalu panas atau dingin. Maka perlu dibuatkan ruang isolasi di atas langit-langit.
2. Atap Sandar/Sengkuap/Tempel
Pada umumnya, atap ini terdiri dari sebuah bidang atap miring yang bagian tepi atasnya bersandar atau menempel pada tembok bangunan induk (tembok yang menjulang tinggi) Pada bentuk atap ini menggunakan konstruksi setengah kuda-kuda untuk mendukung balok gording.
Rumah atau bangunan lain yang memakai bentuk atap sandar karena ruangan-ruangan yang telah tersedia dianggap masih kurang dari kebutuhan.
Oleh karena itu, dibuatlah ruang tambahan dengan atap sandar sebagai bangunan pelengkap saja.
Kemiringan atapnya dapat diambil dari kisaran tiga puluh derajat sampai dengan empat puluh derajat bila memakai bahan penutup dari genteng
3. Atap Pelana
Atap pelana sebagai penutup ruangan terdiri dari dua bidang miring yang tepi atasnya bertemu pada satu garis lurus yang disebut bubungan.
Tepi bawah bidang atap, di mana air itu meninggalkan atap disebut tepi teritis. Pada tepi teritis ini.
Di kedua ujung akhir tembok bangunan dibuatkan gunung-gunung sebagai pengganti fungsi kuda-kuda.
Tetapi, jika bentuk bangunannya cukup panjang maka tiap jarak 3 meter perlu dipasang kuda-kuda sebagai penahan gording/bidang penutup atap.
Bahan penutupnya banyak yang menggunakan genteng biasa maupun seng gelombang. Bentuk atap ini biasa digunakan pada atap dengan desain rumah-rumah yang sederhana.
4. Atap Tenda
Dinamakan atap tenda karena bentuknya menyerupai pasangan tenda. Ukuran panjang dan lebar bangunan yang menggunakan atap tenda adalah sama.
Terdiri dari empat bidang atap dan empat jurai dengan bentuk, ukuran maupun lereng yang sama, yang bertemu di satu titik tertinggi yaitu pada tiang penggantung (maklar).
Garis pertemuan dari bidang-bidang atap yang miring serta menjorok ke luar disebut sebagai jurai luar.
Pada atap tenda tidak terdapat jurai dalam atau lembahan. Atap ini banyak digunakan pada bangunan-bangunan kantor, pendopo dan bangunan untuk tempat tinggal.
5. Atap Setengah Bola
Bentuk atap ini setengah melengkung yang menyerupai seperti melon yang dibelah menjadi dua bagian.
Atap ini terbuat dari campuran bahan beton bertulang dengan perbandingan 1 semen + 2 pasir + 3 kerikil dan air.
Guna untuk mempunyai lengkungan yang baik dan rapi, sehingga sulit sekali/tidak bisa dibuat dari bahan lain kecuali beton bertulang.
Atap semacam ini banyak digunakan pada bagian bangunan-bangunan masjid maupun bangunan untuk hiburan.
6. Atap Gergaji
Dikenal dengan sebutan atap gergaji karena bidang atapnya menyerupai gergaji.
Atap ini terdiri dari dua bidang atap yang masing-masing mempunyai sudut lereng sebesar tiga puluh derajat dan enam puluh derajat.
Apabila di dalam ruangan dibutuhkan penerangan pada siang hari atau ventilasi, maka bidang atap yang miringnya enam puluh derajat dirubah menjadi vertikal.
Pada bagian inilah dipasangi dengan kaca berupa ventilasi atau krepyak/jalusi untuk memperoleh penerangan.
Perlu dipertimbangkan dengan baik pada saat pemasangan kaca, agar sinar matahari tidak langsung masuk ke dalam ruangan karena akan dapatmenimbulkan suasana panas dan silau di dalam ruangan, yang dapat mengurangi ketenangan dan kenyamanan bekerja.
Pada pertemuan bidang atap yang tiga puluh derajat dengan yang vertikal sembilan puluh derajat akan terbentuk talang air.
Sangat perlu ketelitian dalam memasang dengan bentung atap gergaji, bila tidak akan sering terjadi kebocoran.
Bentuk atap ini banyak digunakan pada bangunan dengan ruangan yang luas seperti bangunan pabrik-pabrik, gedung/bangsal dan bengkel-bengkel.
7. Atap Joglo
Atap joglo merupakan atap jurai luar yang patah ke dalam yang seolah-olah terdiri dari dua bagian.
Bagian bawah yang mempunyai sudut lereng atap lebih kecil atau landai dan bagian atasnya mempunyai sudut lereng atap yang lebih besar, serta menjulang tinggi.
Bila bentuk atap ini dilihat dari atas akan tampak bagian-bagian bidang atap yang berbentuk trapesium.
Bentuk atap joglo dapat digunakan untuk bangunan-bangunan kantor atau rumah tinggal yang banyak ditemukan pada daerah-daerah tertentu seperti di Jawa Barat maupun Jawa Tengah.
8. Atap Menara
Bentuk atap menara ini serupa dengan bentuk atap tenda yaitu mempunyai empat bidang atap dengan sudut yang mengapitnya sama besar serta ujung bagian atasnya bertemu pada satu titik yang cukup tinggi.
Karena keempat bidang atap yang berbentuk segitiga sama besar dengan sudut lereng atapnya besar (± 75°), maka puncak atap menara ini berada cukup tinggi, sehingga kelihatannya runcing.
Perlu juga diketahui bahwa atap menara (atap runcing) mempunyai empat jurai luar yang sama panjang dan ujung bagian atas bertemu pada satu titik yang berada pada bagian ujung atas tiang gantung atau maklar.
Bentuk atap semacam ini banyak digunakan untuk bangunan-bangunan gereja. (Audrey Aulivia)