0

Merokok Saat Buka Puasa Lebih Berbahaya Bagi Kesehatan Dibanding Saat Tidak Puasa, Ini Penjelasannya

Penulis: Andra Kusuma
Merokok Saat Buka Puasa Lebih Berbahaya Bagi Kesehatan Dibanding Saat Tidak Puasa, Ini Penjelasannya

TRIBUNJUALBELI.COM - Bagi para perokok aktif bulan puasa ini mungkin menjadi godaan yang luar biasa karena memaksa mereka untuk mengurangi rokok.

Sebenarnya hal ini sangat baik bagi kesehatan karena secara tidak langsung mengurangi asupan nikotin dan karbon monoksida ke dalam tubuh.

Meski begitu, hal ini tidak lagi sehat jika pada saat waktu buka puasa langsung merokok untuk membatalkan.

Dilansir dari berbagai sumber, merokok saat buka puasa bisa lebih berbahaya bagi kesehatan Anda dibandingkan merokok saat Anda tidak puasa.

Bahan kimia ini akan lebih berbahaya jika masuk ke dalam tubuh saat keadaan perut kosong setelah berjam-jam puasa.

Karbon monoksida

Saat berbuka puasa, tubuh Anda membutuhkan nutrisi dan cairan untuk mengganti energi yang hilang selama puasa.

Jika Anda langsung merokok saat buka puasa dalam keadaan perut kosong, risiko Anda untuk mengalami mual, muntah, kelelahan, dan pusing akan meningkat.

Kandungan karbon monoksida dalam asap rokok dapat masuk ke dalam aliran darah dan menurunkan kadar oksigen dalam darah.

Hal ini mengakibatkan sel-sel dalam tubuh Anda kekurangan oksigen, sehingga Anda merasa lelah dan pusing.



Gas ini juga dapat menurunkan fungsi otot dan jantung.

Hal ini kemudian mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan akhirnya mengarah pada penyakit jantung dan stroke.

Nikotin

Merokok dalam keadaan perut kosong juga dapat meningkatkan risiko Anda terkena kanker paru-paru.

Nikotin yang diserap tubuh dalam keadaan perut kosong bisa lebih besar dibandingkan dalam keadaan perut sudah terisi.

Sehingga, semakin besar risiko terkena kanker paru.

Nikotin dalam rokok juga dapat menimbulkan banyak dampak buruk bagi kesehatan.

Dampak buruk bagi kesehatan ini seperti peningkatan tekanan darah, detak jantung, dan aliran darah ke jantung, serta menyebabkan penyempitan dan pengerasan pembuluh darah.

Semua hal ini kemudian dapat meningkatkan risiko serangan jantung. (*)

(Tribunjualbeli.com/Andrakp)