0

Mengetahui Apa itu Resesi? Lantas Apa Penyebabnya dan Dampak Bagi Masyarakat

Penulis: Andra Kusuma
Mengetahui Apa itu Resesi? Lantas Apa Penyebabnya dan Dampak Bagi Masyarakat

TRIBUNJUALBELI.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan Indonesia akan menghadapi resesi.

Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III, perekonomian Indonesia kemungkinan akan mengalami kontraksi minus 2,9 persen hingga minus 1,1 persen.

Sebelumnya pada kuartal II pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah mengalami minus 5,32 persen.

Sementara, secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi akhir tahun diperkirakan berada pada kisaran minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen.

BACA JUGA : Indonesia Bersiap Resesi Ekonomi, Ini 4 Hal yang Perlu Dilakukan Agar Keuangan Anda Tidak Terdampak

BACA JUGA : Simak Pentingnya Investasi Keuangan untuk Masa Depan di Tengah Pandemi

Menurut Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi kuartal III dan IV juga akan negatif.

Indikator resesi bisa dilihat dari penurunan pada Produk Domestik Bruto (PDB), merosotnya pendapatan riil, jumlah lapangan kerja, penjualan ritel, dan terpuruknya industri manufaktur.

Lalu apa yang disebut resesi?

Melansir Forbes yang diambil Kompas.com, (15/7/2020), resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Selama resesi, ekonomi berjuang, orang kehilangan pekerjaan, perusahaan membuat lebih sedikit penjualan dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun.

Para ahli menyatakan resesi terjadi ketika ekonomi suatu negara mengalami:


1. Produk domestik bruto negatif (PDB) negatif.

2. Meningkatnya tingkat pengangguran

3. Penurunan penjualan ritel.

4. Ukuran pendapatan.

5. Manufaktur yang berkontraksi untuk periode waktu yang panjang.

Resesi dianggap sebagai bagian tak terhindarkan dari siklus bisnis yang terjadi dalam perekonomian suatu negara.

Resesi dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, berikut di antaranya:

1. Guncangan ekonomi yang tiba-tiba

Guncangan ekonomi adalah masalah serius yang datang tiba-tiba terkait keuangan.

Contohnya pada 1970-an ketika OPEC memutus pasokan minyak tanpa peringatan.


Wabah coronavirus juga mematikan ekonomi di seluruh dunia.

2. Utang yang berlebihan

Ketika individu atau bisnis berutang terlalu banyak, biaya untuk melunasi utang dapat meningkat ke titik di mana mereka tidak dapat membayar tagihan mereka.

3. Gelembung aset

Ketika keputusan investasi didorong oleh emosi, hasil ekonomi yang buruk akan mengikuti.

Investor menjadi terlalu optimisTIS selama ekonomi kuat.

Kondisi ini disebut juga "kegembiraan irasional".

Kegembiraan irasional menggembungkan pasar saham atau gelembung real estat dan ketika gelembung itu meletus, penjualan panik dapat menghancurkan pasar, menyebabkan resesi.

4. Terlalu banyak inflasi

Inflasi adalah tren harga yang stabil dan naik seiring waktu.


Inflasi bukanlah hal yang buruk, tetapi inflasi yang berlebihan adalah fenomena yang berbahaya.

Bank sentral mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga, dan suku bunga yang lebih tinggi menekan kegiatan ekonomi.

Inflasi yang tidak terkendali adalah masalah yang sedang berlangsung di AS pada tahun 1970-an.

Saat itu untuk menghentikan inflasi, suku bunga dinaikkan tapi justru menyebabkan resesi.

5. Terlalu banyak deflasi

Walaupun inflasi yang tidak terkendali dapat menciptakan resesi, deflasi bisa menjadi lebih buruk.

Deflasi adalah ketika harga turun dari waktu ke waktu, yang menyebabkan upah berkontraksi, yang selanjutnya menekan harga.

Ketika lingkaran umpan balik deflasi tidak terkendali, orang dan bisnis berhenti belanja, yang merongrong perekonomian.

6. Perubahan teknologi

Penemuan baru meningkatkan produktivitas dan membantu perekonomian dalam jangka panjang, tetapi mungkin ada periode jangka pendek penyesuaian terhadap terobosan teknologi.


Pada abad XIX, ada gelombang peningkatan teknologi hemat tenaga kerja.

Revolusi Industri membuat seluruh profesi menjadi usang, memicu resesi dan masa-masa sulit.

Saat ini, beberapa ekonom khawatir bahwa AI dan robot dapat menyebabkan resesi dengan menghilangkan seluruh kategori pekerjaan.

Dampak Resesi

Dampak ekonomi saat terjadi resesi sangat terasa dan efeknya bersifat domino pada kegiatan ekonomi.

Semisal ketika investasi anjlok saat resesi, maka secara otomatis akan menghilangkan sejumlah lapangan pekerjaan yang membuat angka pemutusan hubungan kerja (PHK) naik signifikan.

Produksi atas barang dan jasa juga merosot sehingga menurunkan PDB nasional. Jika tak segera diatasi, efek domino resesi akan menyebar ke berbagai sektor.

Efek tersebut bisa berupa macetnya kredit perbankan hingga inflasi yang sulit dikendalikan atau sebaliknya terjadi deflasi.

Juga, neraca perdagangan yang minus dan berimbas langsung pada cadangan devisa. Dalam skala riil, banyak orang kehilangan rumah karena tak sanggup membayar cicilan, daya beli melemah. Lalu, banyak bisnis terpaksa harus gulung tikar.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Apa Itu Resesi Ekonomi, Dampak, dan Penyebabnya...",
Penulis : Nur Fitriatus Shalihah
Editor : Sari Hardiyanto