TRIBUNJUALBELI.COM - Associate Director Grupp Ciputra Johan Giam mengatakan, bisnis perumahan mewah di Kota Tegal, Jawa Tengah tetap bergerak meski di tengah pandemi Covid-19.
Menurut Johan, selain untuk ditinggali, properti-properti tersebut juga digunakan sebagai investasi.
Mayoritas investor di Kota Tegal yang merupakan pengusaha lokal membeli hunian di atas Rp 1 miliar.
Ini karena pasar sewa untuk tenaga kerja asing atau ekspatriat yang bekerja di industri atau pabrik di sekitar Kota Tegal terus bertambah.
BACA JUGA:
Semua Harga Rumah di DKI Jakarta Diatas 1 Miliar Rupiah, Hunian Murah Sudah Langka
Cari Hunian Sehat di Tengah Pandemi? Ini 4 Pilihan Rumah Murah di Jawa Tengah Harga Rp 200 Jutaan
Johan menyebut, fenomena ini juga terjadi di pengembangan CitraLand Tegal.
Menurutnya, saat masa pandemi, pembelian rumah mewah meningkat.
"Saat ini pembelian rumah menengah atas dengan cara cash keras (1 bulan) dan cash betahap (4 bulan) di CitraLand Tegal pun meningkat," kata Johan melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (23/7/2020).
Saat ini harga hunian di pengembangan tersebut berkisar antra Rp 1,4 miliar-Rp 4 miliar.
perumahan yang dikembangkan oleh Ciputra Group ini menyediakan rumah siap huni dan indent.
Selain rumah, pengembang juga menyediakan ruko dengan harga Rp 1,7 miliar per unit.
Pada Bulan Juli, CitraLand Tegal memberikan penawaran pembayaran uang muka sebesar 10 persen yang dapat dicicil sebanyak 6 kali atau 6 bulan.
Project Manager CitraLand Tegal Yusuf Fakhrudin menyebutkan, peningkatan penjualan perumahan tak terlepas dari ramainya area komersial atau ruko di Kota Tegal serta dekat dengan fasilitas umum kota seperti rumah sakit, mal, dan sebagainya.
Johan menambahkan, setidaknya ada tiga alasan mengapa minat investasi di sektor hunian mewah di Kota Tegal meningkat.
Pertama, banyak industri yang merelokasi bisnisnya ke Jawa Tengah.
Kemudian mereka juga memanfaatkan momentum.
Apabila pandemi berakhir serta perekonomian kembali membaik, maka harga properti diprediksi akan melonjak tinggi.
BACA JUGA: Lagi Cari Rumah, Ini Rentang Harga Rumah Tipe 45 di Jabodetabek dan Surabaya
Lagi Cari Rumah, Ini Rentang Harga Rumah Tipe 45 di Jabodetabek dan Surabaya
Terakhir, Johan berpendapat, dalam kondisi perekonomian seperti saat ini, lebih aman jika dana miliaran rupiah diinvestasikan ke properti.
Bukan hanya di Kota Tegal, Johan memprediksi, bisnis properti segmen menengah atas di kota-kota di Jawa Tengah akan naik.
Terutama yang dekat dengan Kawasan Ekonomi Khusus Segitiga Cirebon-Kertajati-Patimban (Segitiga) akan cepat bangkit.
Selain menjadi kawasan industri yang memacu pertumbahan ekonomi, Segitiga Rebana juga menjadi pasar potensial bagi industri perumahan di kota-kota sekitarnya.
Tak Lagi Murah, Harga Rumah Bersubsidi Naik Bulan Depan
Harga rumah subsidi dipastikan akan naik bulan Februari 2019. Besaran kenaikannya masih dalam pembahasan Kementerian Keuangan, dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR Khalawi Abdul Hamid mengatakan hal tersebut kepada Kompas.com.
“Sekarang sedang dibahas di Kementerian Keuangan. Paling lambat diputuskan bulan depan, diusahakan semoga bisa bulan ini,” ujar Khalawi.
Dia mengatakan, jumlah kenaikan yang diusulkan adalah 3 persen sampai 7,5 persen.
Angka itu hanya berlaku untuk tahun 2019, sedangkan untuk tahun-tahun berikutnya akan dibicarakan lebih lanjut.
Sembari menunggu keluarnya surat keputusan, harga rumah subsidi untuk sementara masih menggunakan harga yang berlaku pada 2018.
Untuk diketahui, angka kenaikan harga rumah subsidi berbeda-beda di setiap daerah.
Ada beberapa faktor yang membuat perbedaan harga, di antaranya harga material dan tanah di masing-masing daerah.
“Harga tanah itu yang paling tinggi pengaruhnya, di setiap daerah beda-beda, misalnya di Papua, Bali, dan yang lain,” ucap Khalawi.
Dia menambahkan, sudah berdiskusi dengan para pengembang.
Sejauh ini para pengembang mengaku tidak ada masalah dengan rencana tersebut.
Bahkan mereka semakin bersemangat untuk memasarkan rumah subsidi.
“Kami sudah bicara sama-sama dengan pengembang. Mereka oke saja, jadi enggak ada masalah. Malah lebih semangat,” imbuh Khalawi.
Sebelumnya diberitakan, DPP REI mengusulkan kenaikan harga rumah subsidi sebesar 10 persen untuk tahun 2019.
Menurut Ketua DPP REI Soelaeman Soemawinata, harga rumah subsidi yang sekarang ini berlaku sampai 2018 sehingga perlu dilakukan pembaruan.
“Analisis kami dari semua daerah itu memang berkaitan dengan banyak hal. Kami ingin berikan usul, tapi tidak rumit.
Aceh naik, tapi tak lebih dari 20 persen, hanya beberapa daerah yang kami usulkan lebih dari 10 persen, yakni Bali, Yogya, dan Batam, karena memang sudah tak mungkin dengan harga saat ini," kata Eman, Jumat (28/9/2018).
Dia menuturkan, semua unsur yang menjadi tolok ukur usulan kenaikan itu sudah dimasukkan, misalnya ketersediaan dan harga lahan, serta harga material.
Usulan itu pun sudah diserahkan ke Kementerian PUPR untuk dibahas.
"Rata-rata seharusnya setiap daerah itu kenaikannya sekitar 10 persen, tapi kami mengusulkan kenaikan setiap tahun hanya sekitar itu 7,5 persen dari sebelumnya 5 persen per tahun.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penjualan Rumah Mewah di Tegal Meningkat Saat Pandemi",
Penulis : Rosiana Haryanti
Editor : Hilda B Alexander