zoom-in lihat foto 5 Ciri Khas Interior Gaya Jengki, Warisan Desain Retro Asli Indonesia
Ilustrasi Interior Gaya Jengki (pexels.com)

BLOG.TRIBUNJUALBELI.COM - Gaya Jengki adalah salah satu wujud ekspresi arsitektur dan desain interior yang lahir di Indonesia pada masa awal kemerdekaan, sekitar tahun 1950–an hingga awal 1960–an.

Nama Jengki sendiri merupakan pelafalan lokal dari kata Yankee, yang merujuk pada gaya arsitektur Amerika pasca Perang Dunia II.

Meski terinspirasi dari luar negeri, gaya Jengki di Indonesia berkembang secara mandiri dan khas, mencerminkan semangat bangsa yang baru merdeka, bebas, berani, dan tidak lagi terikat pada gaya kolonial.

Dalam konteks desain interior, gaya Jengki menjadi representasi visual dari nilai-nilai tersebut.

Ia tidak hanya tampil berbeda secara estetika, tetapi juga menghadirkan solusi fungsional terhadap iklim dan budaya tropis Indonesia.

Kini, gaya ini mulai kembali dilirik, baik oleh para desainer interior maupun pecinta desain retro yang mencari sentuhan klasik dengan nilai historis yang kuat.

Berikut ini lima ciri khas utama interior gaya Jengki yang menjadikannya warisan desain Indonesia yang patut dikenali dan dilestarikan:

Baca Juga : 7 Elemen Desain Interior Mid Century Modern yang Tak Lekang oleh Waktu

1. Garis Miring, Asimetri, dan Bentuk Geometris Bebas

Salah satu elemen paling mencolok dari interior jengki adalah keberanian dalam bermain dengan garis miring dan bentuk tidak simetris.

Dika KIP
tjb blogtjb blogtjb blogtjb blogtjb blogtjb blogtjb blog
Jual Rumah 2 lantai Siap Bangun Tipe 60 Strategis di Banguntapan Dekat Kotagede Giwangan - Bantul
Rp 768,000,000.00
di-yogyakarta
2 dari 4 halaman

Elemen ini tampak jelas pada desain kusen jendela, daun pintu, plafon, hingga rak dan furnitur.

Tidak jarang kita menemukan pintu berbentuk trapesium atau langit-langit dengan kemiringan unik yang seolah melawan kaidah klasik.

Ciri khas ini bukan hanya soal estetika, tetapi juga merupakan simbol dari semangat merdeka dan keinginan untuk mendefinisikan ulang arsitektur Indonesia.

Di masa itu, bentuk-bentuk asimetris dianggap progresif dan modern, berbeda dari bangunan kolonial yang serba simetris dan formal.

2. Material Kayu Solid yang Tahan Lama dan Bernilai Estetis

Material Kayu Solid yang Tahan Lama dan Bernilai Estetis
Material Kayu Solid yang Tahan Lama dan Bernilai Estetis

Interior Jengki lekat dengan penggunaan material kayu solid sebagai bahan utama.

Kayu jati, mahoni, atau sonokeling menjadi pilihan favorit karena kekuatannya dan nilai estetika yang tinggi.

Material ini tidak hanya digunakan untuk furnitur seperti kursi, meja, dan lemari, tetapi juga untuk lantai, langit-langit, dinding partisi, hingga railing tangga.

Kayu pada era Jengki biasanya dibiarkan menampakkan serat dan warna aslinya, sehingga memberikan kesan natural dan hangat.

Dalam desain masa kini, penggunaan kembali kayu bergaya Jengki menjadi pilihan cerdas untuk menghadirkan nuansa vintage sekaligus menunjukkan keberlanjutan material lokal.

3 dari 4 halaman

3. Furnitur Ramping, Berkaki Miring, dan Multifungsi

Baca Juga : 4 Inspirasi Desain Interior Kayu untuk Nuansa Natural dan Nyaman

Furnitur bergaya Jengki memiliki ciri khas bentuk yang ramping, ringan, dan ringkas.

Kaki-kaki furniturnya sering kali meruncing dan miring ke luar, menciptakan siluet yang khas dan dinamis.

Ini merupakan adaptasi dari gaya mid-century modern Amerika yang dipadukan dengan karakter tropis lokal.

Selain itu, furnitur Jengki banyak dirancang multifungsi, seperti meja yang juga berfungsi sebagai rak, atau lemari yang merangkap meja rias.

Gaya ini sangat cocok dengan karakter rumah-rumah Indonesia pada masa itu yang memiliki ruang terbatas, namun tetap ingin fungsional dan tampil menarik.

4. Warna Netral dengan Aksen Retro Tropis

Warna Netral dengan Aksen Retro Tropis
Warna Netral dengan Aksen Retro Tropis

Secara umum, interior Jengki menampilkan warna-warna netral yang alami, seperti cokelat kayu, putih gading, krem, dan abu-abu muda.

Warna-warna ini menciptakan suasana yang tenang dan sejuk, sangat cocok untuk iklim tropis yang panas dan lembap.

4 dari 4 halaman

Namun, untuk memberi aksen dan kesan retro yang khas, sering ditambahkan elemen warna cerah seperti hijau zamrud, biru tua, atau kuning mustard.

Warna ini biasanya hadir pada pelapis sofa, karpet, tirai, atau hiasan dinding. Kombinasi warna netral dan aksen retro ini memberikan keseimbangan antara ketenangan dan ekspresi, menjadikan interior Jengki tetap hidup dan tidak monoton.

5. Adaptif terhadap Iklim Tropis: Bukaan Besar dan Ventilasi Alami

Desain rumah dan interior Jengki sangat memperhatikan kenyamanan di iklim tropis.

Lin Herlina
tjb blogtjb blogtjb blogtjb blogtjb blogtjb blog
Dijual Rumah Hoek 2 Lantai di Cideng Gambir, Hanya 8 Menit ke Tol Tomang - Jakarta Pusat
Rp 2,600,000,000.00
dki-jakarta

Oleh karena itu, sirkulasi udara dan pencahayaan alami menjadi prioritas.

Jendela besar dengan kisi-kisi kayu, pintu lipat yang bisa dibuka lebar, serta ventilasi silang adalah elemen yang biasa ditemukan dalam rumah Jengki.

Bukaan-bukaan besar ini tidak hanya memberikan cahaya alami yang melimpah di siang hari, tetapi juga memungkinkan udara mengalir dengan lancar, menjadikan ruang tetap sejuk tanpa bergantung pada pendingin udara buatan.

Elemen ini menunjukkan bahwa gaya Jengki tidak hanya menarik dari sisi estetika, tetapi juga sangat fungsional dan kontekstual dengan kondisi lokal.

Kini, gaya Jengki menjadi inspirasi berharga dalam dunia desain interior modern.

Banyak arsitek dan desainer mulai mengadaptasi kembali elemen-elemen khas Jengki dalam proyek hunian, kafe, dan ruang publik sebagai bentuk penghargaan terhadap warisan desain Indonesia.

(Eno/TribunJualBeli.com)

Selanjutnya