zoom-in lihat foto Fenomena ‘Puasa Setengah Hari’ di Kalangan Anak-Anak, Tradisi atau Pemaksaan?
Ilustrasi Seorang Ibu Mengajarkan Kedua Anaknya untuk Bermasak. (Kompas.com)

BLOG.TRIBUNJUALBELI.COM - Bulan Ramadan identik dengan ibadah puasa yang dijalankan umat Muslim di seluruh dunia.

Namun, di kalangan anak-anak, ada satu fenomena yang cukup umum terjadi, yaitu "puasa setengah hari."

Tradisi ini kerap dianggap sebagai latihan sebelum mereka benar-benar mampu menjalankan puasa penuh.

Baca juga : 7 Jenis Makanan yang Wajib Dikonsumsi Anak Anak Supaya Memiliki Otak Cerdas

Lantas, benarkah praktik ini hanya sebatas tradisi, atau ada unsur pemaksaan di dalamnya?

1. Puasa Setengah Hari sebagai Bentuk Pendidikan Dini

Ilustrasi Seorang Ayah dan Anak sedang Berbuka Puasa. (Kompas.com)
Ilustrasi Seorang Ayah dan Anak sedang Berbuka Puasa. (Kompas.com)

Bagi banyak orang tua, mengajarkan anak berpuasa sejak dini dianggap penting agar suatu saat mereka akan terbiasa dengan ibadah ini.

Anak-anak yang belum mencapai usia baligh memang belum diwajibkan untuk berpuasa, tetapi latihan sejak kecil dianggap dapat membentuk kebiasaan dan kedisiplinan di kemudian hari.

Adapun beberapa manfaat puasa setengah hari bagi anak-anak antara lain:

Tentu, untuk melatih kesabaran dan ketahanan diri.

2 dari 4 halaman

Lalu, untuk memupuk rasa syukur terhadap makanan dan minuman, karena tidak semua orang bisa merasakan kenikmatan yang sama.

Kemudian, untuk membantu mereka memahami nilai spiritual Ramadan.

Maka dari itu, dengan membiasakan anak untuk berpuasa dalam durasi yang lebih pendek, mereka secara perlahan bisa beradaptasi tanpa merasa terlalu terbebani.

2. Saat Tradisi Bisa Menjadi Pemaksaan

Meskipun niatnya baik, ada kalanya puasa setengah hari menjadi beban bagi anak-anak.

Tak sedikit yang merasa terpaksa karena tekanan dari lingkungan, baik dari keluarga maupun teman sebaya.

Tanda-tanda bahwa anak mungkin mengalami pemaksaan dalam berpuasa bisa digambarkan dalam kondisi berikut:

Terkadang, sang anak menangis atau merasa tertekan saat diminta berpuasa.

Anak-anak sesekali mengalami kelelahan berlebihan hingga mengganggu aktivitas mereka sehari-hari.

Sang anak takut untuk mengatakan kalau mereka sudah makan atau minum secara diam-diam.

3 dari 4 halaman

Jika anak sudah menunjukkan tanda-tanda tersebut, orang tua sebaiknya lebih fleksibel dalam mengajarkan puasa.

Berpuasa seharusnya menjadi pengalaman yang mengasyikkan, bukan sesuatu yang menimbulkan trauma atau bahkan ketakutan.

Ybb Berkah Mainan
tjb blog
 
 
Pusat Ayunan Besi Taman dan Playground Set Permainan di Banjaranyar - Ciamis
Rp 3,500,000.00
jawa-barat

3. Cara Bijak Mengajarkan Puasa pada Anak

Ilustrasi Seorang Anak sedang Memanjatkan Doa Berbuka Puasa. (Kompas.com)
Ilustrasi Seorang Anak sedang Memanjatkan Doa Berbuka Puasa. (Kompas.com)

Agar puasa setengah hari benar-benar menjadi pengalaman positif bagi anak, ada beberapa cara yang bisa diterapkan, seperti menjelaskan secara ringan makna puasa atau ganjaran yang diberikan jika menunaikan puasa.

Kalau bisa, gunakan cerita atau kisah Nabi untuk membuat anak memahami tujuan puasa tanpa merasa terpaksa.

Berikan contoh yang baik, agar anak akan lebih mudah beradaptasi jika melihat orang tua dan lingkungan sekitar menjalankan puasa dengan semangat dan tanpa keluhan.

Harus fokus pada apresiasi, bukan paksaan, alih-alih menuntut anak harus menyelesaikan puasa setengah hari, orang tua bisa memberikan apresiasi setiap usaha mereka, sekecil apa pun itu.

Sesuaikan dengan kondisi anak, karena setiap anak memiliki daya tahan tubuh yang berbeda, jadi jangan sama ratakan semua anak dengan standar yang sama.

Puasa setengah hari bagi anak-anak bisa menjadi tradisi yang baik jika dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Akan tetapi, jika anak merasa terbebani, mungkin perlu pendekatan yang lebih bijak.

4 dari 4 halaman

Baca juga : Ramadan Tanpa FOMO, 5 Cara Menikmati Bulan Puasa dengan Lebih Tenang

Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang menanamkan nilai kebaikan, keikhlasan, dan kebijaksanaan dalam beribadah.

Jadi, apakah puasa setengah hari di kalangan anak-anak lebih ke arah tradisi atau pemaksaan?

Jawabannya tergantung pada bagaimana orang tua dan lingkungan mengajarkannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (*)

(Ridwan Mufid/TRIBUNJUALBELI.COM)

Selanjutnya