TRIBUNJUALBELI.COM - Aturan baru terkait Dana Jaminan Hari Tua (JHT) BPJS Ketenagakerjaan tuai pro dan kontra dari masyarakat Indonesia.
Hal tersebut tentang pencairan dana Jaminan Hari Tua (JHT) yang baru saja diumumkan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziah.
Lebih detailnya, aturan yang dimaksud ada dalam Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua.
Cek harga Rumah 2 Lantai 7KT 5KM Carport Luas Harga Nego Lokasi Pertisiuse - Jakarta Selatan
Namun, dalam aturan itu ada satu hal menarik terkait JHT yang ternyata bisa diambil sebagian untuk membeli rumah meskipun pekerja belum memasuki usia pensiun yaitu 56 tahun.
Merangkum Kompas.com, hal ini disampaikan Kepala Biro Humas Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Chairul Fadhly Harahap seiring polemik yang ada.
Dekorasi interior rumah dengan hiasan dinding elegan ini
Beleid tersebut membuat JHT dikembalikan kepada fungsinya sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN).
JHT ini sebagai dana yang dipersiapkan agar pekerja pada masa tuanya memiliki harta sebagai biaya hidup saat sudah tidak produktif lagi.
Diterima oleh buruh pada usia pensiun, cacat total, atau meninggal dunia.
Cek harga Rumah Villa Tipe 70 Kolam Renang Lingkungan Asri Strategis di Jatinangor - Cimahi
"Meskipun tujuannya untuk perlindungan pada hari tua yaitu memasuki masa pensiun, atau meninggal dunia, atau cacat total tetap, UU SJSN memberikan peluang bahwa dalam jangka waktu tertentu, bagi peserta yang membutuhkan, dapat mengajukan klaim sebagian dari manfaat JHT-nya," ujar Chairul dikutip dari laman resmi Kemnaker, Minggu (13/02/2022).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2015, klaim terhadap sebagian manfaat JHT tersebut dapat dilakukan apabila peserta telah mengikuti program JHT paling sedikit 10 tahun.
Adapun besaran sebagian manfaatnya yang dapat diambil yaitu 30 persen dari manfaat JHT untuk pemilikan rumah, atau 10 persen dari manfaat JHT untuk keperluan lainnya dalam rangka persiapan masa pensiun yakni usia 56 tahun.
"Skema ini untuk memberikan pelindungan agar saat hari tuanya nanti pekerja masih mempunyai dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi kalau diambil semuanya dalam waktu tertentu, maka tujuan dari perlindungan tersebut tidak akan tercapai," imbuhnya.
Cek harga Villa Bali 150/159m2 Bangunan 2 Lantai Unfurnished Lengkap Kolam Renang - Badung
Kembali merujuk PP Nomor 46 Tahun 2015 tersebut, Pasal 22 menerangkan bahwa peserta dapat mengambil sebagian JHT untuk membeli rumah apabila sudah menjalani masa kepesertaan minimal 10 tahun dan hanya dapat dilakukan satu kali.
Kemudian pada Pasal 25 dijelaskan bahwa selain berupa uang tunai, peserta bisa memperoleh manfaat layanan tambahan (MLT) berupa fasilitas pembiayaan perumahan atau manfaat lain.
Cari disini sofa bench stoll murah desain minimalis untuk dekorasi kamar
Fasilitas pembiayaan perumahan secara tunai dilakukan melalui lembaga keuangan berupa pinjaman uang muka perumahan (PUMP), kredit pemilikan rumah (KPR), rumah susun sederhana sewa (Rusunawa), dan pinjaman renovasi perumahan (PRP).
Terkait hal tersebut, lebih jelasnya telah diatur dalam Permenaker Nomor 17 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pemberian, Persyaratan, dan Jenis MLT Dalam Program Jaminan Hari Tua.
"Melalui program MLT ini, tanpa adanya risiko dalam hubungan kerja dan tanpa penambahan iuran, peserta dapat menikmati manfaat tambahan berupa kemudahan kepemilikan perumahan," ujar Dirjen PHI dan Jamsos Kemnaker Indah Anggoro Putri pada 29 Oktober 2021 lalu.
Cek harga Rumah Minimalis 2 Lantai 3KT 2KM Tengah Kota di Pondok Gede - Bekasi
MLT berupa fasilitas pembiayaan perumahan baik itu rumah tapak maupun rumah susun ini dibiayai dari dana investasi program JHT.
BPJS Ketenagakerjaan bekerjasama dengan Bank Penyalur dalam menjalankannya.
Dilansir dari Permenaker Nomor 17 Tahun 2021 tersebut, di dalam Pasal 4 menyebutkan bahwa besaran PUMP yang diberikan kepada peserta maksimal Rp 150 juta.
Sedangkan untuk KPR tertuang dalam Pasal 5, dengan besaran KPR yang diberikan kepada peserta maksimal Rp 500 juta.
Adapun untuk memperoleh manfaat layanan fasilitas pembiayaan perumahan baik itu PUMP maupun KPR, peserta harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
-Telah terdaftar sebagai Peserta minimal 1 (satu) tahun;
-Perusahaan tempat bekerja tertib administrasi kepesertaan dan pembayaran iuran;
-Belum memiliki rumah sendiri yang dibuktikan dengan surat pernyataan bermaterai cukup dari Peserta;
-Peserta aktif membayar iuran;
-Telah mendapat persetujuan dari BPJS Ketenagakerjaan terkait persyaratan kepesertaan;
-Memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku pada Bank Penyalur dan OJK.
Sebagaimana tertulis dalam Pasal 9, peserta mengajukan permohonan PUMP ataupun KPR kepada Bank Penyalur.
Permohonan dilengkapi dengan persyaratan yang diatur oleh Bank Penyalur dan dilengkapi dengan kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Selanjutnya Bank Penyalur melakukan verifikasi kelayakan kredit terhadap permohonan.
Apabila memenuhi persyaratan, Bank Penyalur meminta persetujuan kepada BPJS Ketenagakerjaan untuk memperoleh subsidi bunga.
Suku bunga yang dikenakan kepada Peserta untuk PUMP, KPR, dan PRP paling tinggi 5 persen di atas tingkat suku bunga BI 7 Day Reverse Repo Rate.
Kemudian, suku bunga penempatan deposito untuk mendukung penyaluran PUMP, KPR, dan PRP paling tinggi 2 persen di atas tingkat suku bunga BI 7 Day Reverse Repo Rate.
Temukan beragam pilihan properti di berbagai daerah dengan harga terbaik di Tribunjualbeli.com.
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!