TRIBUNJUALBELI.COM - Indonesia kaya akan budaya yang memiliki ciri khas masing-masing di setiap daerah.
Namun, banyak sekali kerajinan tangan yang tidak terlalu dikatahui oleh masyarakat luas.
Seperti kerajinan tanagan kain tenun ikat asal Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Berasal dari Desa Parengan, Kecamatan Maduran, Lamongan, kerajinan tersebut dikenal masyarakat dengan nama tenun ikat Parengan.
Tenun ikat Parengan saat ini dibuat langsung di sentra industri yang bernama Paradila.
BACA JUGA : Furniture Rotan Craftote dan Kerajinan Anyam Lainnya - Karangasem
BACA JUGA : Kerajinan Pot Ukir Tersedia Banyak Pilihan Coraknya Harga Murah - Badung
Berdiri sejak 1989, butik Paradila menaungi warga Desa Parengan dan sekitarnya untuk menjaga kelestarian tenun ikat di Lamongan.
Bertahan selama tiga dekade, usut-diusut tenun ikat Parengan rupanya sudah ada sejak zaman kolonial.
Diprakarsai pertama kali oleh almarhum Wahab, tenun ikat Parengan mulai diproduksi dan dikenalkan ke masyarakat hingga 1965.
"Itu periode awal tenun ikat Parengan eksis. Setelah Pak Wahab meninggal, sudah tidak ada penerusnya, jadi kami mulai kembali dengan mendirikan Paradila," ujar Miftahu Khoiri, pemilik butik Paradila kepada TribunTravel, Rabu (29/9/2021).
Pada zaman dulu tenun ikat Parengan begitu populer dan kerap diapakai untuk bahan utama pembuatan sarung.
Namun, seiring berkembangnya zaman, tenun ikat Parengan kemudian dikembangkan lagi untuk produk fesyen lainnya.
Produk fesyen tersebut di antaranya seperti baju, kemeja, dres dan masih banyak lagi.
Berbeda dengan yang lazim dikenal, tenun ikat Parengan memiliki ciri khas berupa bahan kain yang lebih halus dan tidak begitu tebal.
Selain itu bahannya juga lebih lemas serta jatuh dan memberikan kesan dingin ketika diapakai.
Pemilihan bahan tersebut memang sengaja disesuaikan dengan kondisi geografis Lamongan yang berada di wilayah Pantura dengan suhu udara yang cenderung panas.
BACA JUGA : Kerajinan Anyam Set Tas Furing Satin Serut dan Topi Light Green - Jakarta Timur
BACA JUGA : Kerajinan Partisi/Penyekat Ruangan Bambu dan Serat Alam Tinggo 180cm - Jogja
"Bahan yang digunankan buat tenun ikat Parengan ini terbuat dari katun mesres. Itu mirip sutra tapi lebih bagus dan awet, tapi juga terjangkau" ungkap Miftahul Khoiri.
Tak hanya legendaris, tenun ikat Parengan juga sangat unik dan khas.
Dikatakan demikian, sebab tenun ikat Parengan ini memang hanya bisa dijumpai di Lamongan.
Tenun ikat Parengan ini memiliki motif khas berupa 'gunungan' yang dibentuk menyerupai gapura.
Motif tersebut melambangkan gunung mati di Lamongan yang dihidupkan kembali melalui tenun ikat Parengan.
Kemudian bentuknya yang menyerupai gapura juga menandakan sebuah pintu masuk.
Sehingga secara prestis ketika tenun ikat Parengan digunakan, dapat memberikan kharisma tersendiri bagi pemakainya.
"Motif gunungan ini sengaja diambil karena gunung sendiri merupakan benteng dari tanah, jadi biar tetap eksis," pungkas Miftahul Khoiri.
Selain motif, proses pembuatan tenun ikat Parengan juga masih dibuat secara tradisional oleh tangan-tangan terampil warga sekitar.
Sebelum ditenun menjadi kain, bahan baku benang mula-mula didesain terlebih dulu melalui 14 proses.
Preses tersebut memakan waktu cukup lama yaitu paling cepat sekira 14 hari.
Setelah itu barulah benang ditenun menjadi kain menggunakan alat tradisional yang dirakit dari kayu.
Dalam proses ini, tenun ikat Parengan hanya membutuhkan waktu pengerjaan paling cepat selama satu hari.
Hal ini tergantung dari kerumitan motif yang dibuat untuk selembar kain.
Menariknya setelah jadi, motif dari tenun ikat Parengan hanya akan terlihat di satu sisi, sedangkan sisi lainnya akan nampak polos dan halus.
Hal ini tentu sangat berbeda dengan tenun ikat kebanyakan, yang motifnya tembus baik di bagian depan maupun belakang.
"Inilah keunikan tenun ikat Parengan. Hasil seperti ini hanya bisa dibuat menggunakan alat tradisional dan tidak bisa ditiru oleh mesin," kata Miftahul Khori.
Pengerajin tenun ikat Parengan, Lamongan. (TribunTravel/Zainiya Abidatun Nisa')
Meski hanya diproduksi di Lamongan, tenun ikat Parengan dari butik Paradila sudah menembus pasar internasional.
Saat ini tenun ikat Parengan bahkan sudah diimport hingga ke wilayah Somalia dan Timur Tengah.
Harganya sendiri juga terbilang masih cukup terjangkau untuk satu lembar kain yang masih dibuat manual.
Dibanderol mulai harga Rp 150 ribu hingga Rp 900 ribu, kamu sudah bisa membawa pulang tenun ikat Parengan dalam bentuk lembaran kain.
Sedangkan untuk tenun ikat yang sudah diproses menjadi produk pakaian, harganya mulai Rp 275 ribu saja.
Artikel ini telah tayang di TribunTravel.com dengan judul "Mengenal Tenun Ikat Parengan Lamongan, Punya Motif Khas dan Dipintal Secara Tradisional"

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!