zoom-in lihat foto Bagi Kaum Milenial Mana yang Lebih Menguntungkan Investasi Tanah atau Rumah?
Rumah bisa jadi alternatif investasi untuk para milenial | Kompas.com

TRIBUNJUALBELI.COM - Terdapat banyak jenis investasi yang bisa dipilih untuk kaum milenial.

Seperti investasi dari jangka pendek hingga panjang, misalnya di bidang properti.

Namun, banyak yang beranggapan jika investasi di bidang properti hanya bisa dilakukan bagi orang kaya.

Jika memiliki modal yang cukup, tidak ada salahnya jika Anda mencoba memulai investasi di bidang properti.

Sebagai contoh, Anda membeli sebuah rumah yang fungsinya tak hanya dijadikan tempat tinggal, tetapi juga bisa digunakan sebagai aset dan investasi.

BACA JUGA : Dijual Rumah Baru Siap Huni Rioe 80/70 Sertifikat SHM Bangunan Baru - Bandung

BACA JUGA : Dijual Tanah Luas 494m² View Hamparan Sawah Karangpandan - Karanganyar

Apabila beberapa tahun lagi hendak dijual, pasti harganya akan jauh lebih tinggi ketimbang saat membelinya.

Jenis investasi bidang properti pun bermacam-macam mulai dari rumah tapak atau landed house hingga tanah.

Dari kedua jenis properti tersebut, manakah yang lebih menguntungkan? Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit menjelaskan, baik tanah maupun rumah memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

2 dari 4 halaman

Dia mencontohkan, harga tanah di lokasi sunrise (cerah) bisa mengalami kenaikan 10-11 persen setiap tahun.

Selain itu, berinvestasi tanah tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membangun dan jauh lebih murah ketimbang rumah.


Namun kekurangan dari investasi tanah adalah harus terus membayar pajak dan membuat pembatas atau patok seperti pagar agar tidak dirampas orang.

Tanah juga tidak memiliki penghasilan atau bahkan minus karena tidak ada bangunan di atasnya yang bisa dimanfaatkan.

"Dan juga ada unsur spekulasi. Karena, kita tidak bisa memperkirakan prospek tanah," ujar Panangian kepada Kompas.com, Senin (30/08/2021).

Membeli tanah pun memiliki beberapa kekurangan yaitu harus membayar secara cash (tunai).

Walaupun membeli tanah dengan pengembang, biasanya juga harus dibayar secara tunai keras.

BACA JUGA : Dijual Rumah Murah Tanah Luas di Kota Depok Dekat Gerbang Tol Cimanggis - Depok

BACA JUGA : Dijual Cepat Rumah Hitung Tanah Guntur Setiabudi Lokasi Premium Nyaman Jalan Lebar - Jakarta Selatan

Sementara rumah memiliki beberapa keuntungan ketimbang tanah yaitu sudah siap disewakan dan pemilik bisa mendapatkan penghasilan.

3 dari 4 halaman

Hal ini disebabkan sudah ada bangunan di atas tanah untuk dijadikan tempat tinggal oleh penyewa.

Di sisi lain, kekurangan berinvestasi rumah adalah sulit untuk mencari penyewa, apalagi di lokasi yang fasilitasnya terbatas.

Misalnya, tidak ada pusat perbelanjaan, perguruan tinggi, rumah sakit, dan masih banyak lagi.

Namun sejatinya, berinvestasi rumah dinilai menguntungkan jika seseorang menyewakan kepada orang lain.


Contohnya, Anda membeli rumah seharga Rp 500 juta dengan down payment (DP) 10 persen atau seharga Rp 50 juta, lalu menyewakannya kepada orang lain dengan cicilan Rp 4,5 juta per bulan.

Menurut Panangian, hal itu merupakan smart-investment (investasi pintar) karena cicilan rumah Anda dibayarkan oleh orang lain.

Sedangkan keseluruhan aset yang dimiliki akan tetap menjadi milik Anda. Panangian mengatakan, hal serupa juga berlaku bagi hunian vertikal atau apartemen dan rumah kontrakan.

"Nah, itu sama juga dengan smart-investment, karena kamu menggunakan uang orang lain demi kepentingan kamu," lanjutnya.

Rumah yang dicicil pembayarannya kepada pengembang, rumah kontrakan, serta apartemen merupakan investasi yang tepat bagi generasi milenial.

Sebab, modal yang dikeluarkan sangat sedikit bagi ketiga jenis properti tersebut dan 15 tahun kemudian Anda dapat merasakan keuntungannya.

4 dari 4 halaman

Meski begitu, kenaikan harga rumah dibandingkan tanah tidak terlalu jauh atau hanya berkisar 1-2 persen di atas tanah.

Baik lokasi rumah dan tanah di Jabodetabek, pertumbuhan harga paling tinggi berada di Tangerang.

Panangian mengatakan, kawasan tersebut diuntungkan karena sangat banyak pengembang yang membangun kota skala besar dengan kelengkapan fasilitas.

Mengapa bukan DKI Jakarta yang notabene merupakan ibu kota Indonesia? Dia beralasan, DKI Jakarta sudah membangun banyak fasilitas publik seperti mal atau pusat perbelanjaan.

Dari pembangunan itu, banyak warganya mengalami gusuran sehingga berpindah ke daerah Tangerang Selatan.

"Pembangunan mal biasanya menggusur banyak kawasan kan? Terus orang yang digusur itu pindah ke Serpong, Tangerang," tambah Panangian.

Sejatinya, berinvestasi rumah akan sangat menjanjikan jika lokasi di sekitarnya berada di kawasan padat.

Contohnya, daerah tersebut dekat dengan banyak pabrik, universitas, gedung pemerintah, serta mal yang tentunya bisa banyak menyerap tenaga kerja.

Mereka para tenaga kerja tersebut, tentu saja, membutuhkan hunian. Inilah pangsa pasar yang terus meningkat dari waktu ke waktu.

Selanjutnya